KODE ETIK IKHWAN AKHWAT?

ndah, adalah suatu pernyataan relatif. Artinya tidak semua orang berpendapat sama tentang keindahan sesuatu hal. Ada poin-poin pribadi yang melatari sebuah kecintaan. Hal yang tidak menjadi persengketaan adalah masing-masing diri memiliki kecenderungan hati untuk senantiasa mencintai keindahan.

Era kebebasan wanita yang terkadang (pastinya telah) disalah-gunakan pihak yang berkedok perjuangan sesat kesetaraan wanita, secara sengaja ataupun tidak telah membuka ‘kran’ fitnah. Fitnah yang bertopeng keindahan, berwujud kecenderungan bernama cinta.

Adalah hal yang sudah tidak jarang kita lihat, percakapan ikwan akhwat tanpa hijab, tanpa muhrim dan dibumbui dengan senda gurau yang “dipaksakan” . Bukanlah hal baru, beberapa tahun yang lalu, sebuah majalah dakwah mengungkap adanya fenomena “CBSA” (Cinta Bersemi Saat Aktif) yang menjalari para aktivis dakwah kampus. Menurut majalah itu, trisno jalaran soko kulino (cinta hadir karena terbiasa) lah penyebab “VMJ” (Virus Merah Jambu) tersebut.

Begitulah, memang adanya. Berawal dari niatan yang ikhlas, dakwah, menyelesaikan masalah umat, tetapi saat jiwa lengah, tiba-tiba berubah haluan menjadi pemuja berhala bernama cinta. Bermula dari pertemuan yang “terpaksa” karena tujuan mulia hingga menjadi terbiasa, dan puncaknya ketika tak berjumpa, hati merana, merasakan kehilangan, sendiripun menjadi hal yang tak biasa.

“Kesalahan” ini merupakan tanggungjawab bersama, tidak hanya menjadi PR bagi akhwat saja atau ikwan saja. Untuk “menyembuhkan” harus ada pihak yang merasa bersalah, mau “bertobat”, dan pihak yang menciptakan lingkungan kondusif (untuk menjaga hati). Tak bijak rasanya, bila menyalahkan interaksi antara keduanya. Karena semenjak diutusnya nabi Adam hingga nabi penghujung, Muhammad SAW, telah dikisahkan interaksi antara keduanya (ikhwan akhwat) , yang menandakan kebolehan adanya.
 

Dalam Al-quran dikisahkan interaksi antara nabi Musa muda dengan dua akhwat, putra Nabi Syu’aib. Nabi Musa bertanya tentang keperluan mereka dan mereka menjawab secara wajar, Nabi Musa pun akhirnya membentu mereka dengan sopan. Seperti yang dikisahkan dalam Al-Quran dalam Q.S Al-Qashas ayat 23 hingga 26.
 

Demikian pula kisah Maryam, Al-Quran mengkisahkan Nabi Zakaria masuk mihrab yang dihuni oleh Maryam, kemudian beliau berinteraksi dengannya.

“Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Alloh menjadikan Zakaria pemeliharaannya. Setiap Zakaria  masuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan disisinya. Zakaria berkata, ‘ Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?’ Maryam menjawab, ‘Makanan itu dari sisi Alloh.’Sesungguhnya ALloh memeberi rizki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa hisab .” (QS Ali Imron: 37).
 

Ummu Hani binti Abu Thalib berkata, “ AKu pergi menemui Rasululloh Saw pada tahun penaklukan kota Makkah, lalu aku ucapkan salam kepada beliau. Beliau menjawab, “Selamat datang Ummu Hani”. AKu berkata ,” Wahai Rosululloh , saudaraku Ali mengaku bahwa dia seang memburu laki-laki yang telah aku lindungi keselamatannya, yaitu Fulan bin Hubairah’. Rasululloh saw bersabda, “ Akulah yang akan melindungi orang yang kamu lindungi, wahai ummu Hani.” (HR. Bukhari dan Muslim).
 

Demikianlah interaksi antara ikhwan akhwat, bukanlah hal yang tabu di kalangan pendahulu kita. Hanya saja, etika yang dimasanya mereka tegukkan kokoh yang telah (mungkin) kita hafal di luar kepala, kini cair hingga tak terbekas dalam amalan nyata . Hal tersebut adalah :

1. Menutup aurot

“… dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya. Kecuali yang (biasa) Nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya ..” (QS. AN-Nur : 31)

Tujuan disyariatkan menutup aurot, pada hakikatnya adalah kepentingan masing-maisng pribadi, yakni dalam rangka menjaga diri dari fitnah. Menutup aurot sempurna, bukan hanya ‘’sekedar’’ menutup aurat. Dalam menutup aurat, ada beberapa hal yang patut diperhatikan oleh muslimah.

2. Menjaga pandangan

“ Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya …” (QS.An-Nur : 31)
 

Dalam kitab Fat Al-Bary, disebutkan Fadhal bin Abbas-seorang pemuda yang tampan-melihat seorang perempuan dari kabilah Khats’am dan mengagumi kecantikannya. Lalu Nabi menoleh kepada Fadhal, sedangkan Fadhal masih melihat perempuan tersebut. Nabi mengulurkan tangannya untuk meraih dagu Fadhal dan memalingkan mukanya dari melihat perempuan tersebut.
 

Ibnu Bathal-salah seorang pensyarah kitab Shahih Al-Bukhari berkata,” Dalam riwayat tersebut terdapat perintah untuk menahan pandangan karena takut terjadi fitnah. Konsekuensinya, apabila aman dari fitnah maka melihat tidak dilarang”.
 

Sedangkan Al-Hafizh Ibnu Hajar menambahkan,” Hal ini dipertegas dengan kemungkinan bahwa Nabi saw tidak memalingkan wajah Fadhal seandainya dia tidak terus menerus melihat perempaun karena kagumnya sehingga dikhwatirkan dia terjebak ke dalam fitnah.”

3. Tidak mendayu-dayukan suara


“Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al-Ahzab :32)

Wanita dianugerahi Alloh dengan sifat kelembutan, meskipun tidak semua wanita feminim, (ada pula yang macho) tapi paling tidak mereka pada dasarnya punya sifat lemah lembut. Suaranya pun lebih merdu daripada pria, meskipun ada diantaranya yang bersuara baritone. Karena itu akhwat perlu berhati-hati dalam bersikap dan berbicara supaya tidak menimbulkan fitnah dan penyakit hati bagi yang mendengarkannya.

“Deuuu si akhiiii…, antum bisa aja deh…” ucap sang akhwat kepada seorang ikhwan sambil tertawa kecil terdengar sedikit manja.

“Gimana kabarnya akhiiii…sudah sembuh belum? Jangan lupa minum obat ya…” SMS dari seorang akhwat ke ikhwan mitra rohisnya.

“Kalu begitchu ..ngga usah ditunda lagi ya, otre deh..” SMS akhwat di inbox hpnya ikwan.

“Duh gimana ya…, ane bingung nih, banyak masalah begini… dan begitu,akh..” curhat seorang akhwat kepada ikhwan.

“Syukron ya akhi udah dimiscall buat tahajud”.GLEK        !

Itulah sedikit contoh saja bagaimana sang akhwat yang tidak tegas atau bahkan bernada manja ketika berbicara kepada aikhwan. Ndak tahu tuh gimana perasaan sang ikhwan kalo mendengar akhwat berbicara seperti itu padanya.

Loh koq akhwat saja yang disalahin?

Jangan salah, Ikhwan juga harus jaga hijab!

“Katakanlah kepada orang laki-laki beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan mememlihara kemaluannya..”(QS An-Nur: 31)

Ternyata banyak kasus yang lain dimana sang ikhwan justru tidak menjaga hijab dan kadang memancing untuk bercanda dan berakrab ria. SMS atau telepon tidak penting, telpon berama-lama, bercanda haha hihi , curhat-curhatan, dsb. Atau mungkin tebar pesona, memberi perhatian atau pujian berlebihan kepada si akhwat sehingga si akhwat jadi keGRan. Lebih marak lagi, adalah dunia privasi yang terpubilkasi seperti jejaring sosial yang semakin mudah aksesnya. Saling berstatus dan berkoment yang kurang manfaat. Bahkan koment yang disertai denga imot icon gak penting jadi bumbu yang semakin membuat suasana “cair” komunikasi ikhwan akhwat yang harusnya terjaga dimanapun semakin terpublikasi. Jika etika pergaulan orang yang sudah “dianggap paham” saja seperti demikian. Bagaimana dengan yang lain?

“Ukhti jazakillah ya, ukhti baik sekali dech” ucap seorang ikhwan kepada akhwat.

“dek, apakabar, lagi ngapain?” tegur seorang ikhwan kepada akhwat.(negurnya tiap hari)

“Ukh ana boleh curhat ga, soalnya anti enak banget buat curhat, boleh ya” telepon seorang ikhwan ke teman akhwatnya.

Atau coment-coment ‘aneh” diantara jejaring sosial !

“ semangat ya ukh :D”  coment salah satu ikhwan.

“ colek akh X,Y, Z ,.. jangan lupa traktirannya ya J “ celoteh si akhwat dalam sebuah koment .
 

Meskipun sudah sering beraktivitas bersama, namun ikhwan akhwat tetaplah bukan sepasang suami istri yang bisa mengakrabkan diri dengan bebasnya. Curhat berduaan akan menimbulkan kedekatan, lalu ikatan hati, kemudian dapat menimbulkan permainan hati yang bisa mengganggu tribulasi dakwah. Apalagi yang dicurhatkan tidak ada sangkut pautnya dengan agenda dakwah. Kerena itu kalau sedang diskusi, syuro, rapat, atau dalam pembicaraan lainnya hendaklah tetap “dijaga hijabnya” . Saling mengingatkan jika arah pembicaraan menjadi gak penting atau keluar agenda atau bahkan menjurus pada kemaksiatan. Misal mengingatkan jika dalam pembicaraan itu banyak bercanda. Meskipun ada banyak orang dalam sebuah forum, kalau disitu ada ikhwan akhwat, bercanda bisa menjadi sarana syaitan menggoda hati. Kalau ada yang mengingatkan supaya tidak banyak bercanda masak dianggap galak? Bukankah banyak bercanda itu mematikan hati dan kewajiban sebagai sarana muslim adalah mengingatkan !
 

Bagi antum para akhwat, jagalah kata-katamu jangan sampai mendayu-dayu. Pilih kata-kata yang tepat dan berusaha tegas dalam berbicara. Tegas maksud disini tidak “dilembekkan”, tidak bernada manja. Bukan galak lho! (meskipun ada yang bilang galak). Proporsionallah, bicar` yang penting-penting,. Bukankah interaksi antara laki-laki dan perempuan salah satu syaratnya adalah ada keseriusan agenda atau kepentingan? Jadi kalo niatnya mau telpon urusan agenda dakwah ya jangan terus berlanjut dengan curhat-curhatan gitu. Kadang karena si ikhwan gak peka si akhwat dengan tegasnya langsung nyekak “Afwan Pak, sudah malam, ada hal lain yang urgent yang perlu disampaikan ?” Atau ketika ada ikhwan yang telepon  atau menegur hanya sekedar kabar kabari ga da hal yang penting, salahkah akhwat jika mengatakan, “Afwan, ada yang bisa saya bantu? Kalu gak ada saya lagi ada keperluan?”
 

Untuk menjaga hijab, biasanya akhwat memanggil para ikwan dengan panggilan ‘Pak’ tidak peduli berapapun usia para ikhwan itu. Para akhwat biasanya merasa lebih save menggunakan panggilan ‘Pak’ daripada ‘akhi’ atau ‘mas’, biar bisa menjaga hati di kedua belah pihak. Meskipun kadang ada ikwan-ikhwan yang gak suka dipanggil dengan panggilan ‘Pak’ karena mereka merasa belum tua, akhirnya balas memanggil akhwat dengan panggilan ‘Bu’. Padahal panggilan ini juga rawan menimbulkan penyakit hati! PERLU DIPAHAMI! Meskipun sudah sering beraktivitas bersama, namun ikhwan akhwat tetaplah bukan sepasang suami istri yang bisa mengakrabkan diri dengan bebasnya. Biasanya para akhwat akan merasa nggak enak dan nggak nyaman di panggil ‘dhek’ oleh ikhwan yang bukan apa-apanya karena kwatir bisa menimbulkan penyakit hati akibat keakraban itu, namanya syaitan pasti akan senantiasa menggoda manusia.
 

Pernah kejadian, di akhir sebuah syuro seorang ikhwan menegur para akhwat yang hadir disitu dengan secarik kertas. “ Afwan ukhti, lain kali, tolong akhwat kalau bercanda jangan keras-keras sampai terdengar di ikhwannya.”
 

Itu hanya sekedar contoh saja usaha ikhwan dan akhwat dalam menjaga adab pergaulan mereka, menjaga hijab di antara mereka. Tapi kadang ada yang salah paham menganggapnya terlalu keras atau galak. Masing-masing orang mungkin punya cara sendiri-sendiri, yang penting bagaimana bisa menjaga hati kedua belah pihak. Mungkin bisa jadi kita bisa menjaga hati kita, tapi hati orang lain siapa yang tahu.

4. Pelanggaran jam malam

Sarana dan fasilitas memang Alloh ciptakan untuk kita dalam beraktifitas. Termasuk adanya sarana telepon dan sms. Di era sekarang ini, dalam interaksi ikhwan-akhwat seringkali terjadi adanya pola komunikasi lewat telp ,sms komunikasi dunia maya tanpa mengenal balas waktu.Sudah jadi pemahaman bersama selama ini dalam dunia dakwah kampus  bahwa jam malam akhwat itu yaitu 21.00-05.00. Namun, beberapa kali masih terjadi pola komunikasi di luar jam-jam itu. Terutama pola komunikasi yang dilakukan via sms. Atau komen-komenan di facebook. Ada kasus, akhwat hubungi ikhwan pukul 2 malam atau sebaliknya. Kalau memang hal itu untuk kepentingan mendesak sekali( dalam arti jika tidak dilakukan saat itu maka akan menimbulkan mudharat yang lebih besar) mungkin masih bisa dimaklumi, namun seringkali sms-sms atau komen-komen di dunia maya sekaliber jejaring sosial twitter, facebook ataupun yang semacamnya itu hanya  untuk keperluan biasa  sebetulnya bisa dilakukan besok paginya.

5. Keseriusan agenda interaksi

Islam tidak menghendaki adanya interaksi yang hanay sekedar iseng atau berada dalam kesia-siaan, tanpa kejelasan agenda. Tidak dikehendaki pula dimana syarat keseriusan agenda sudah terpenuhi tetapi terbuka peluang untuk agenda-agenda yang tidak teragendakan, dimana agenda ini jauh dari keseriusan bahkan membuka pintu-pintu fitnah.

6. Menghindari jabat tangan dalam situasi umum

Dari Ma’qil bin Yassar, Rasululloh saw bersabda, “Ditusuk di kepala salah seorang diantara kamu dengan jarum besi lebih baik daripada memegang-megang perempuan yang tidak halal baginya .” (HR. Thabrani)   

7. Memisahkan laki-laki dan perempuan serta tidak berdesak-desakan
     Hal ini perlu dijaga waktu melakukan aksi atau berada dalam kendaraan lain yang secara tidak sengaja bersamaan.

8. Menghindari Khalwat (berdua-duaan antara seorang perempuan dan seorang laki-laki di tempat yang sepi )

9. Meminta izin suami jika menemui perempuan yang suaminya sedang berpergian ( bagi yang sudah berkeluarga )

“… dan dia (istri) tidak boleh mengijinkan orang lain masuk ke dalam rumahnya kecuali dengan ijin (suami)nya…”.(HR. Bukhori)

Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan diri dari rasa kecemburuan suami yang mengetahui istrinya berbincang dengan laki-laki, sementara dia ada di rumah dan tidak meminta izin terlebih dahulu.

Sebagaimana sahabat Amr bin Ash saat datang ke rumah Ali bin Abi Thalib untuk suatu keperluan , tetapi Ali tidak ada dirumah. Ia bolak-balik hingga dua sampai tiga kali, namun Ali tetap tidka di rumah datang dan berkata kepadanya, “Jika kamu memilki keperluan kepadanya (istri Ali), apakah kami tidak dapat masuk memenuhinya?” Amr menjawab, “Kami dilarang menemui para istri kecuali seizin suaminya.” (HR. Muslim)

10.  Menjauhi perbuatan dosa

Hendaknya kaum laki-laki dan perempuan beriman menjauhi perbuatan dosa dalam berinteraksi. Perbuatan ini dapat terjadi dalam tujuan pembicaraan, materi pembicaraan, cara dan gaya bicara dsb.

“Dan tinggalkanlah dos yang Nampak dan yang tersembunyi. Sesungguhnya orang yang mengerjakan dosa, kelak akan diberi pembalasan (pada hari kiamat), disebabkan apa yang mereka telah kerjakan.” (QS. Al-An’am:120)

Diantara dosa yang tampak adalah meninggalkan etika syar’i dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Sedangkan dosa yang tak tampak adalah berkembangnya perasaan senang terhadap sesuatu yang haram dan berharap mendapatkan lebih banyak lagi.

Menjadi pribadi yang terjaga dari dalam kandungan hingga kelak yaumil akhir, adalah sebuah impian yang mulia. Setidaknya, ketika setitik noda yang melekat, serta merta kita menjadi hamba yang tersadar dari kelalaian, kemudian sedemikian rupa berusaha berlepas dengan sungguuh-sungguh, mengokohkan diri menjadi muslim yang sebenarnya .

Sangat disayangkan memang, ketika hal-hal yang diremehkan (cairnya hubungan antara ikhwan akhwat) tetapi bagi sebagian kaum berilmu merupakan hal yang mampu menghancurkan iman secara perlahan, bahkan bisa jadi ‘tingkah laku yang terlihat remeh inilah sebenarnya yang menghambat kerja-kerja dakwah kita memperlambat kemenangan dakwah yang kita emban. Telah menjadi sebuah diskusi umum ataukah nasihat bijak dari saudara terkasih, hanyalah sebuah tiupan angin sejuk, selintas lalu tapi tidak membekas dalam jiwa.

Wahai ikhwahfillah! Bangkit dan ubahlah hari ini menjadi hari paling bersejarah dalam kehidupanmu. Mulakanlah dari dirimu, bila engkau tak mampu membawa serta saudara (ikhwah)mu kembali kejalanNya yang lurus. Sesungguhnya hanyalah kuasa Robb kita.

Jadikanlah hari kemarin adalah masa lalu yang patut engkau sesali, tinggalkan dan berazzamlah untuk tidak mengulang kembali.

Wahai ikhwahfillah, ihkwan solih dan akhwat sholihah..menjadilah indah, tetapi jadikanlah keindahan itu hanya milik suamimu/istrimu semata. Muliakanlah dirimu sengan senantiasa meminta jiwamu untuk mengihkhlaskan diri menjadi muslim/muslimah  sejati. Sebagai seorang muslimah, maka jadilah muslimah yang bidadaripun kan cemburu kepadamu.

   
“ ..karena sholat mereka, pusa mereka, ibadah mereka kepda Alloh. Alloh meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan. Sanggulnya mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, “ Kami hidup abadi dan tidak mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali. Kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya ..” (HR .Thabrani)

Nb:

…ikhwan wa akhwatfillah…

Tulisan ini ditulis dengan semangat saling menjaga dan mengingatkan . Melihat semakin banyaknya media yang mudah sekali mendekatkan kita terhadap hal-hal yang  menjauhkan kita dari padaNya. Mungkin terlihat remeh hanya sekedar interaksi ikhwan akhwat! Namun, hal-hal remeh inilah yang akan menjadi bukit ‘keremehan’. Layaknya kebaikan. Kebaikan yang istiqomah akan menjadi bukit amal yang besar buat kita.  Apalagi  dosa kecil terlihat tidak sengaja namun bisa menjadi bukit amal keburukan kelak. Naudzubillah. Maka disinilah kita saling mengingatkan agar menjadi manusia yang beruntung Insya Alloh. Dengan pemahaman yang kita punya maka tidak perlu aturan kode etik ikhwan akhwat dibuat (gak penting.red), karena itu telah hadir dalam bentuk kesadaran. Maka tanpa ada aturan pun kita akan melakukannya.

Cerita Robin Hood

Robin Longstride atau lebih tenar dikenal dengan nama Robin Hood adalah seorang tokoh legendaris yang berhasil ditanamkan kepada publik sebagai sosok pahlawan pembela kebenaran. Keberanian yang dihiasi kedermawanan menjadikan sang pemanah ulung ini memasuki deretan tokoh panutan di dalam cerita-cerita maupun cinema.
Dikisahkan dalam sepak terjang kehidupannya, Robin Hood kerap merampok orang-orang kaya yang lewat di hutan daerah kekuasaannya, namun hasil rampokannya tidak dia gunakan kecuali untuk dibagi-bagikan kepada kaum miskin di sekitarnya. Dengan inilah sosok Robin Hood sebagai ksatria yang baik hati mendapat tempat.
Wallahu ‘alam apakah memang demikian keadaan Robin Hood nyatanya atau hanya cerita fiktif belaka. Yang pasti imej orang ketika ditanya tentang siapa Robin Hood niscaya tidak jauh dari apa yang digambarkan di atas.
Tidaklah berlebihan jika kita mau sedikit peka terhadap hasil negatif dari apa yang telah dipetik dari cerita ‘sang pencuri baik hati’ ini.
Apakah itu?
Terdoktrinnya pemahaman bahwa bolehnya melakukan kemaksiatan dengan tujuan kebaikan. Dengan kata lain mencuri bisa saja diperbolehkan asal niatnya baik seperti yang dilakukan Robin Hood, atau mungkin di jaman sekarang pemahaman seperti itu melebar kapada pemahaman akan bolehnya mencuri harta orang kaya yang zhalim atau merampok pejabat yang korup asalkan hasil curiannya dibagi-bagikan kepada fakir miskin. Laa haula walaa quwwata illa billah
Bagaimanakah Islam menjawab hal ini?
Cukup sabda Nabi sebagai jawabnya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya: “Allah tidak menerima shadaqah dari harta hasil curian atau rampasan” (Shahih, HR. Muslim)
Bersabda pula Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang artinya: “Sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik-baik” (Shahih, HR. Muslim)
Maka melalui tulisan ini semoga saja kita tidak lagi menganggap sosok Robin Hood sebagai pahlawan tauladan, dan tidak lagi memandang positif pelaku kasus-kasus pencurian yang dihiasi dengan ‘kedermawanan’ ala Robin Hood.
Pencuri tetaplah pencuri.
Penting juga untuk disampaikan dalam kesempatan ini, agar segenap orang tua dari anak-anak muslim untuk tidak menyuguhkan cerita-cerita yang bukan berasal dari Islam. Hendaknya kita harus lebih selektif lagi dalam memilihkan cerita-cerita untuk anak-anak kita. Jika asupan makanan untuk jasmani anak kita saja bisa selektif dalam memilihnya maka apakah kita akan telantarkan asupan rohani anak kita dengan memberikan bacaan-bacaan yang bisa merusak kesehatan aqidah anak kita? Padahal Allah subhanahu wa ta’ala befirman yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka” (At-Tahrim: 6)
Semoga sajian ini bermanfaat. Wallahu a’lam bish shawaab.
Yang mengharap ampunan dan Rahmat Allah
  Kerohanian HMJ mengucapkan selamat menyambut ramadhan 1433 H.

                                                          Mohon maaf lahir dan bathin

“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.”
 (Muttafaqun ‘alaihi dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Tanggal Imsak Shubuh Terbit Zhuhur 'Ashr Maghrib Isya'
21 4:50 5:00 6:18 12:27 15:51 18:32 19:46
22 4:50 5:00 6:18 12:27 15:51 18:32 19:45
23 4:50 5:00 6:18 12:27 15:51 18:32 19:45
24 4:50 5:00 6:18 12:27 15:51 18:32 19:45
25 4:50 5:00 6:18 12:27 15:51 18:32 19:45
26 4:51 5:01 6:18 12:27 15:51 18:32 19:45
27 4:51 5:01 6:18 12:27 15:51 18:32 19:45
28 4:51 5:01 6:18 12:27 15:51 18:32 19:45
29 4:51 5:01 6:18 12:27 15:50 18:32 19:45
30 4:51 5:01 6:18 12:27 15:50 18:32 19:44
31 4:51 5:01 6:18 12:27 15:50 18:32 19:44
1 4:51 5:01 6:18 12:27 15:50 18:32 19:44
2 4:51 5:01 6:18 12:27 15:49 18:32 19:44
3 4:51 5:01 6:18 12:27 15:49 18:31 19:44
4 4:52 5:02 6:18 12:27 15:49 18:31 19:43
5 4:52 5:02 6:18 12:27 15:49 18:31 19:43
6 4:52 5:02 6:18 12:27 15:48 18:31 19:43
7 4:52 5:02 6:18 12:26 15:48 18:31 19:43
8 4:52 5:02 6:18 12:26 15:47 18:31 19:42
9 4:52 5:02 6:18 12:26 15:47 18:31 19:42
10 4:52 5:02 6:18 12:26 15:47 18:30 19:42
11 4:52 5:02 6:17 12:26 15:46 18:30 19:42
12 4:52 5:02 6:17 12:26 15:46 18:30 19:41
13 4:52 5:02 6:17 12:26 15:45 18:30 19:41
14 4:52 5:02 6:17 12:25 15:45 18:30 19:41
15 4:52 5:02 6:17 12:25 15:44 18:29 19:40
16 4:52 5:02 6:17 12:25 15:44 18:29 19:40
17 4:51 5:01 6:16 12:25 15:43 18:29 19:40
18 4:51 5:01 6:16 12:25 15:43 18:29 19:39
19 4:51 5:01 6:16 12:24 15:42 18:28 19:39

Tip menjalankan puasa

Adab Berpuasa
 
Puasa memiliki adab-adab yang yang harus ditunaikan oleh siapa saja yang sedang menjalankannya. Di antara adab berpuasa sebagai berikut :

1.    Menahan Pandangan

Yaitu menahan mata dari melihat hal-hal yang diharamkan, melihat aurat, dan wanita yang bukan mahramnya. Karena wanita itu adalah aurat dan dapat mendatangkan fitnah. Allah subhanahu wata’ala telah berfirman, artinya, “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. 24:30).

Dalam ayat lainnya Allah subhanahu wata’ala juga berfirman, artinya, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya.” (QS. 17:36)

2.   Menjaga Pendengaran

Yaitu menjaganya dari segala hal yang diharamkan atau yang dibenci, karena manusia akan ditanya tentang pendengarannya, sebagaimana pula ditanya tentang penglihatannya seperti yang telah disebutkan di dalam ayat di atas. Orang yang mengucapakan ucapan buruk atau ucapan batil dan orang yang mendengarkannya, maka kedua-duanya telah berserikat di dalam perbuatan dosa.
3.   Menjaga Lisan

Yaitu memeliharanya dari segala ucapan yang buruk dan keji, dari memfitnah dan sebagainya.

Maka wajib bagi seorang yang berpuasa untuk meninggalkan ucapan dusta, ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), bertengkar, mencaci maki dan mencela orang lain.
Dan hendaknya dia memilih diam atau menyibukkan diri dengan sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala, seperti membaca al-Qur'an, berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala, berdoa, beristighfar, dan amar ma'ruf nahi munkar. Karena setiap yang diucapkan oleh manusia akan menjadi bumerang baginya kecuali dzikrullah dan segala bentuk ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala.

4.   Menjaga Perut

Maksudnya adalah jangan sampai memasukkan sesuatu yang haram ke dalam perut, baik berupa makanan atau minuman. Di dalam hadist disebutkan,
"Tidak masuk surga daging yang tumbuh dari suht (penghasilan haram)."(HR. Ibnu Hibban). Seorang muslim berpuasa menahan diri dari yang halal, maka selayaknya dia pun menahan diri dari yang haram yang dapat mencelakakan nya. Seorang muslim jangan sampai menipu di dalam bermua'amalah, atau menjual dagangannya dengan sumpah palsu. Demikian pula hendaknya dia jangan mengambil penghasilan dari segala yang berbau riba.

5.   Menjaga Kemaluan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Siapa yang dapat menjamin untukku apa yang ada di antara dua janggutnya (lisan) dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku menjamin untuknya surga." (HR. Al-Bukhari).

6.   Menjaga Tangan dan Kaki

Yaitu jangan sampai tangan tersebut melakukan sesuatu yang haram (seperti memukul orang dsb), dan kaki jangan sampai melangkah menuju yang haram.

Seluruh adab-adab yang tersebut di atas hendaknya senantiasa dijaga oleh setiap muslim kapan saja, bukan hanya ketika berpuasa. Adapun dalam puasa, maka hal itu sangat ditekankan karena dapat merusak dan melenyap kan pahala orang yang berpuasa.

Kalau seseorang dapat menjaga diri dari segala yang diharamkan, baik pendengaran, penglihatan, makanan, minuman, langkah kaki dan gerakan tangan, maka diharapkan dia akan menggapai ampunan Allah subhanahu wata’ala dan kebebasan dari api neraka, dan tentunya dia akan mampu meninggal kan itu semua di luar bulan puasa.
Faidah Berpuasa
1.   Sarana Menuju Takwa
Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang- orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. 2:183).
Allah subhanahu wata’ala menyebutkan bahwa puasa memberikan faidah yang sangat besar dan banyak yang terkandung di dalamnya, yakni "agar kalian bertakwa." Maksudnya ialah agar puasa tersebut menjadi sarana bagi kalian untuk menggapai ketakwaan dan agar kamu menjadi orang yang bertakwa dengan melaksanakan puasa tersebut.
Ini semua dikarenakan takwa adalah merupakan segala bentuk perbuatan yang diridhai dan dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, serta meninggalkan segala yang yang dibenci Allah subhanahu wata’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Maka puasa merupakan jalan terbesar untuk mencapai tujuan tersebut yang dapat mengantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan kemenangan.
2.   Menambah Keimanan
Dengan puasa iman akan bertambah, dan seseorang akan melatih dirinya untuk menahan diri dari segala yang mendorongnya kepada keburukan berupa hawa nafsu dan syahwat yang merugikan. Dan puasa akan membantu kita untuk memperbanyak ibadah, seperti shalat, bacaan al-Qur'an, dzikir, shadaqah, dan lain sebagainya. Juga mengekang hawa nafsu agar tidak terjerumus ke dalam ucapan dan perbuatan yang haram, dan ini semua merupakan pondasi utama ketakwaan.
3.   Mengenal Nikmat Allah subhanahu wata’ala
Dengan puasa seorang hamba akan lebih mengenal nikmat Allah subhanahu wata’ala yang telah diberikan kepadanya berupa makan, minum, pernikahan dan seterusnya. Dengan menahan rasa lapar dan haus di satu waktu (siang) lalu ia mendapatkan obatnya di waktu lain (malam), akan terasalah betapa besar nikmat Allah subhanahu wata’ala yang telah diberikan kepadanya. Dan terasa pula bagaimana penderitaan saudaranya yang hampir setiap hari tidak mendapatkan makanan untuk mengisi perutnya.
4.   Melatih Kesabaran
Dengan berpuasa seorang hamba akan menjadi lebih sabar dan tabah di dalam menjalankan ketaatan, menjauhi kemaksiatan dan menghadapi ketentuan dari Allah subhanahu wata’ala, seperti rasa lapar dan haus yang tentunya menyakit kan bagi hawa nafsu manakala dibiarkan.
Dengan puasa pula akan lahir rasa syukur kepada Allah subhanahu wata’ala atas segala nikmat dan kecukupan dan lebih-lebih nikmat terbesar yaitu taufiq untuk dapat menjalankan puasa. Karena nikmat diniyah (religi) lebih utama daripada nikmat keduniaan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberitahukan bahwa puasa merupakan salah satu rukun Islam yang lima, dia menghapuskan dosa yang telah lalu, Allah subhanahu wata’ala mencintai dan meridhai orang yang berpuasa, dan memberikan kepadanya pahala yang besar. Dan bahwa orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan lalu mengikutinya dengan puasa enam hari pada bulan Syawwal maka seakan-akan dia berpuasa satu tahun. Demikian pula bagi yang berpuasa tiga hari dalam sebulan, karena kebaikan itu akan dilipat gandakan sepuluh kali lipat. Itu semua merupakan keutamaan dan kenikmatan dari Allah subhanahu wata’ala.
Dan juga merupakan salah satu kemudahan yang diberikan oleh Allahsubhanahu wata’ala adalah bahwa Dia mensyari'atkan puasa wajib dalam waktu dan bulan yang bersamaan yakni Ramadhan. Hal ini dimaksudkan agar seluruh kaum muslimin melakukan puasa dalam waktu yang bersamaan, sehingga akan menciptakan suasana yang kondusif dan membantu terlaksananya ibadah tersebut dengan baik.
Maka ikut serta dalam menjalankan ibadah puasa akan memberikan manfaat yang sangat besar dan faidah yang sangat banyak. Sesungguhnya di balik syariat puasa ini terdapat rahasia dan hikmah yang tidak terhingga. Termasuk ditinjau dari sisi kesehatan telah dinyatakan oleh para dokter bahwa puasa itu dapat menjaga kesehatan, menghilangkan sisa-sisa zat dalam tubuh yang berbahaya, menguatkan serta memperbaiki metabolisme dan fungsi organ tubuh. Maka kita katakan bahwa puasa itu mencakup segala kebaikan dunia dan akhirat. Wallahu a’lam.
Sumber: Majmu’ah Rasail Ramadhaniyah, Syaikh Abdullah bin Jarullah al-Jarullah