Adab Berpuasa
Puasa
memiliki adab-adab yang yang harus ditunaikan oleh siapa saja yang
sedang menjalankannya. Di antara adab berpuasa sebagai berikut :
1. Menahan Pandangan
Yaitu
menahan mata dari melihat hal-hal yang diharamkan, melihat aurat, dan
wanita yang bukan mahramnya. Karena wanita itu adalah aurat dan dapat
mendatangkan fitnah. Allah subhanahu wata’ala telah berfirman, artinya, “Katakanlah
kepada laki-laki yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangannya,
dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. 24:30).
Dalam ayat lainnya Allah subhanahu wata’ala juga berfirman, artinya, “Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggung jawabannya.” (QS. 17:36)
2. Menjaga Pendengaran
Yaitu
menjaganya dari segala hal yang diharamkan atau yang dibenci, karena
manusia akan ditanya tentang pendengarannya, sebagaimana pula ditanya
tentang penglihatannya seperti yang telah disebutkan di dalam ayat di
atas. Orang yang mengucapakan ucapan buruk atau ucapan batil dan orang
yang mendengarkannya, maka kedua-duanya telah berserikat di dalam
perbuatan dosa.
3. Menjaga Lisan
Yaitu memeliharanya dari segala ucapan yang buruk dan keji, dari memfitnah dan sebagainya.
Maka
wajib bagi seorang yang berpuasa untuk meninggalkan ucapan dusta,
ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), bertengkar, mencaci maki dan
mencela orang lain.
Dan hendaknya dia memilih diam atau menyibukkan diri dengan sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala, seperti membaca al-Qur'an, berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala, berdoa, beristighfar, dan amar ma'ruf nahi munkar. Karena setiap yang diucapkan oleh manusia akan menjadi bumerang baginya kecuali dzikrullah dan segala bentuk ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala.
Dan hendaknya dia memilih diam atau menyibukkan diri dengan sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala, seperti membaca al-Qur'an, berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala, berdoa, beristighfar, dan amar ma'ruf nahi munkar. Karena setiap yang diucapkan oleh manusia akan menjadi bumerang baginya kecuali dzikrullah dan segala bentuk ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala.
4. Menjaga Perut
Maksudnya
adalah jangan sampai memasukkan sesuatu yang haram ke dalam perut, baik
berupa makanan atau minuman. Di dalam hadist disebutkan,
"Tidak masuk surga daging yang tumbuh dari suht (penghasilan haram)."(HR. Ibnu Hibban). Seorang muslim berpuasa menahan diri dari yang halal, maka selayaknya dia pun menahan diri dari yang haram yang dapat mencelakakan nya. Seorang muslim jangan sampai menipu di dalam bermua'amalah, atau menjual dagangannya dengan sumpah palsu. Demikian pula hendaknya dia jangan mengambil penghasilan dari segala yang berbau riba.
"Tidak masuk surga daging yang tumbuh dari suht (penghasilan haram)."(HR. Ibnu Hibban). Seorang muslim berpuasa menahan diri dari yang halal, maka selayaknya dia pun menahan diri dari yang haram yang dapat mencelakakan nya. Seorang muslim jangan sampai menipu di dalam bermua'amalah, atau menjual dagangannya dengan sumpah palsu. Demikian pula hendaknya dia jangan mengambil penghasilan dari segala yang berbau riba.
5. Menjaga Kemaluan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Siapa
yang dapat menjamin untukku apa yang ada di antara dua janggutnya
(lisan) dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku
menjamin untuknya surga." (HR. Al-Bukhari).
6. Menjaga Tangan dan Kaki
Yaitu
jangan sampai tangan tersebut melakukan sesuatu yang haram (seperti
memukul orang dsb), dan kaki jangan sampai melangkah menuju yang haram.
Seluruh
adab-adab yang tersebut di atas hendaknya senantiasa dijaga oleh setiap
muslim kapan saja, bukan hanya ketika berpuasa. Adapun dalam puasa,
maka hal itu sangat ditekankan karena dapat merusak dan melenyap kan
pahala orang yang berpuasa.
Kalau
seseorang dapat menjaga diri dari segala yang diharamkan, baik
pendengaran, penglihatan, makanan, minuman, langkah kaki dan gerakan
tangan, maka diharapkan dia akan menggapai ampunan Allah subhanahu wata’ala dan kebebasan dari api neraka, dan tentunya dia akan mampu meninggal kan itu semua di luar bulan puasa.
Faidah Berpuasa
1. Sarana Menuju Takwa
Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang- orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. 2:183).
Allah subhanahu wata’ala menyebutkan
bahwa puasa memberikan faidah yang sangat besar dan banyak yang
terkandung di dalamnya, yakni "agar kalian bertakwa." Maksudnya ialah
agar puasa tersebut menjadi sarana bagi kalian untuk menggapai ketakwaan
dan agar kamu menjadi orang yang bertakwa dengan melaksanakan puasa
tersebut.
Ini semua dikarenakan takwa adalah merupakan segala bentuk perbuatan yang diridhai dan dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, serta meninggalkan segala yang yang dibenci Allah subhanahu wata’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Maka
puasa merupakan jalan terbesar untuk mencapai tujuan tersebut yang
dapat mengantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan kemenangan.
2. Menambah Keimanan
Dengan
puasa iman akan bertambah, dan seseorang akan melatih dirinya untuk
menahan diri dari segala yang mendorongnya kepada keburukan berupa hawa
nafsu dan syahwat yang merugikan. Dan puasa akan membantu kita untuk
memperbanyak ibadah, seperti shalat, bacaan al-Qur'an, dzikir, shadaqah,
dan lain sebagainya. Juga mengekang hawa nafsu agar tidak terjerumus ke
dalam ucapan dan perbuatan yang haram, dan ini semua merupakan pondasi
utama ketakwaan.
3. Mengenal Nikmat Allah subhanahu wata’ala
Dengan puasa seorang hamba akan lebih mengenal nikmat Allah subhanahu wata’ala yang
telah diberikan kepadanya berupa makan, minum, pernikahan dan
seterusnya. Dengan menahan rasa lapar dan haus di satu waktu (siang)
lalu ia mendapatkan obatnya di waktu lain (malam), akan terasalah betapa
besar nikmat Allah subhanahu wata’ala yang telah diberikan
kepadanya. Dan terasa pula bagaimana penderitaan saudaranya yang hampir
setiap hari tidak mendapatkan makanan untuk mengisi perutnya.
4. Melatih Kesabaran
Dengan
berpuasa seorang hamba akan menjadi lebih sabar dan tabah di dalam
menjalankan ketaatan, menjauhi kemaksiatan dan menghadapi ketentuan dari
Allah subhanahu wata’ala, seperti rasa lapar dan haus yang tentunya menyakit kan bagi hawa nafsu manakala dibiarkan.
Dengan puasa pula akan lahir rasa syukur kepada Allah subhanahu wata’ala atas
segala nikmat dan kecukupan dan lebih-lebih nikmat terbesar yaitu
taufiq untuk dapat menjalankan puasa. Karena nikmat diniyah (religi)
lebih utama daripada nikmat keduniaan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberitahukan bahwa puasa merupakan salah satu rukun Islam yang lima, dia menghapuskan dosa yang telah lalu, Allah subhanahu wata’ala mencintai
dan meridhai orang yang berpuasa, dan memberikan kepadanya pahala yang
besar. Dan bahwa orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan lalu
mengikutinya dengan puasa enam hari pada bulan Syawwal maka seakan-akan
dia berpuasa satu tahun. Demikian pula bagi yang berpuasa tiga hari
dalam sebulan, karena kebaikan itu akan dilipat gandakan sepuluh kali
lipat. Itu semua merupakan keutamaan dan kenikmatan dari Allah subhanahu wata’ala.
Dan juga merupakan salah satu kemudahan yang diberikan oleh Allahsubhanahu wata’ala adalah
bahwa Dia mensyari'atkan puasa wajib dalam waktu dan bulan yang
bersamaan yakni Ramadhan. Hal ini dimaksudkan agar seluruh kaum muslimin
melakukan puasa dalam waktu yang bersamaan, sehingga akan menciptakan
suasana yang kondusif dan membantu terlaksananya ibadah tersebut dengan
baik.
Maka
ikut serta dalam menjalankan ibadah puasa akan memberikan manfaat yang
sangat besar dan faidah yang sangat banyak. Sesungguhnya di balik
syariat puasa ini terdapat rahasia dan hikmah yang tidak terhingga.
Termasuk ditinjau dari sisi kesehatan telah dinyatakan oleh para dokter
bahwa puasa itu dapat menjaga kesehatan, menghilangkan sisa-sisa zat
dalam tubuh yang berbahaya, menguatkan serta memperbaiki metabolisme dan
fungsi organ tubuh. Maka kita katakan bahwa puasa itu mencakup segala
kebaikan dunia dan akhirat. Wallahu a’lam.
Sumber: Majmu’ah Rasail Ramadhaniyah, Syaikh Abdullah bin Jarullah al-Jarullah
0 komentar: